Kamis, 13 Oktober 2011

Teknologi Budidaya Sorgum dan Prospek Pengembanganya di Jawa Timur


Teknologi Budidaya Sorgum dan Prospek  Pengembanganya di Jawa Timur1)
S. Roesmarkam2) dan Sugiono 3)


Pendahuluan

Ada beberapa jenis sorgum yang dibudidayakan antara lain :

  1. Sorgum biji (grain sorgum) yang digunakan untuk pangan dan pakan ternak serta bahan baku industri pembuatan minuman dan bio-etanol
  2. Sorgum sapu (broom corn) tangkai malainya di buat untuk bahan pembuatan sapu
  3. Sorgum manis (sweet sorgum) cairan batangnya digunakan untuk bahan baku pembuatan sirup atau bahan baku penbuatan etanol

Sorgum biji (grain sorgum) dan Sorgum manis, beberapa jenis tidak berbeda, hanya pada sorgum manis memiliki cairan batang yang manis. Berbeda pada sorgum sapu, memiliki tangkai malai yang panjang dan lentur, yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuat sapu. Budidaya dari ketiga jenis sorgum tersebut tidak berbeda, baik dari pengelolaan tanah sampai panen.

Sorgum biji sudah banyak dikenal petani di Jawa Timur dan banyak dibudidayakan di Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Pacitan dan Madura namum sekarang luasanya sangat berkurang seiring dengan adanya perbaikan irigasi . Walaupun demikian tanaman tersebut masih prospektif untuk dikembangkan dilahan peremajaan hutan, lahan kurang subur yang biasanya kurang air, selain untuk pangan dan pakan, sorgum biji bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan minuman eingan dan etanol.

Sorgum Manis belum ada laporan seberapa jauh telah dikenal petani, namin  penulis pernah melakukan penelitian bekerjasama dengan PT Ajinomoto Mojokerto, dari beberapa galur yang diuji menunjukan bahwa ada beberapa galur yang memiliki kandungan gula ( brix) sampai 20 %. Selain niranya beberapa jenis sorgum manis memiliki biji yang dapat untuk pangan dan pakan

Sorgum Sapu (broom corn), penulis pernah melihat petani di Banjarnegara Jawa Tengah membudidayakan sorgum jenis sapu ini di eksport ke Jepang.

Ket
1)         Makalah disamapaikan dalam rangka Pemantapan Program Pengembangan Gandum Sorgum 2010 di jawa Timur.
2)         PemuliaTanaman
3)         Staf Peneliti BPTP Jawa Timur.
 
2. persyaratan Tumbuh

Sorgum dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah, asal solum cukup tebal (15 cm), pH tanah 5 – 7,5, minimal curah hujan 50 – 100 mm / bulan pada 2,5 bulan pertama dan kering pada saat menjelang panen untuk pertanaman sorgum dilahan sawah bekas tanaman padi, biasanya hanya mengandalkan residu air tanah, namun sebaiknya ditambah dengan pengairan 4-5 kali selama musim tanam agar mendapatkan hasil yang optimal. Pola tanam di lahan sawah padi – padi – sorgum , atau jagung – padi – sorgum. Dilahan tegal sorgum biasa ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain dan banyak yang ditanam dipinggir petakan.

Sorgum cocok ditanam di dataran rendah 1 -1300 m dari permukaan laut, suhu udara >20 c. Pada dataran menengah keatas umur tanaman akan lebih panjang. Bila cuaca mendung dan berkabut sehingga penyinaran matahari tidak sempurna pembungaan akan terganggu.

Benih

Untuk memperoleh hasil yang baik maka dibutuhkan benih yang bermutu yakni daya tumbuh > 90% dan bebas dari hama dan penyakit, kebutuhan benih sekitar 15 kg/ha, namum sebaiknya dilebihkan karena dengan cara tanam diicir, kemudian diperjarang saat tanaman umur 10 hari – 2 minggu bersamaan dengan penyiangan pertama.

Saat Tanam

Untuk lahan sawah saat tanam sorgum dilakukan setelah padi, dengan pola tanam padi – padi – sorgum atau padi – jagung – sorgum atau bisa juga padi – sorgum – sorgum (ratoon). Pada lahan tegal cara tumpang sari atau monokultur, sorgum di tanam saat awal musim hujan kemudian di ratoon sampai 2-3 kali.

Penyiapan lahan dan tanam

Pada lahan sawah bekas pertanaman padi, sorgum ditanam dengan cara tugal tampa pengolahan tanah, jarak tanam 25 cm x 10 cm, 3-4 biji / lubang. Pada lahan tegal sorgum ditanam saat awal musim hujan, pengolahan tanah dilakukan seperti biasa dibajak 2 kali, cara tanam bisa diicir atau di tunggal, bila ditanam dengan cara tuggal kedalaman tugalan tergantung pada kondisi air. Ditungal agak dalam (5-7 cm) bila air kurang dan bila air banyak kedalaman tungalan dangkal (2-3 cm).
    
Pemeliharaan

Yang penting dalam pemeliharaan tanaman sorgum adalah :

1.    Penyiangan, karena biji sorgum relatif kecil maka pertumbuhan awalnya relatif lamban, untuk itu penyiangan harus dilakukan sedini mungkin (10-14 hari setelah tanam)

2.    Pemupukan, tanaman sorgum respon terhadap pemupukan terutama pupuk N, untuk itu perlu dilakukan pemupukan setelah penyiangan I dan saat menjelang premordia (30-40 hari setelah tanam)  dengan dosis sesuai tingkat kesuburan lahan biasanya 300 kg/ha urea, sedang pupuk P dan K dilakukan bersamaan tanam (50 -100 kg/ha) SP 36 dan KCL.

3.    Pengairan dan pengendalian hama dilakukan bila diperlukan.

4.    Panen dilakukan bila biji bagian bawah malsi sudah mulai mengeras, bila kondisi kelembapan tinggi, sebaiknya dipanen lebih awal untuk menghindari biji tumbuh sebelum dipanen.

5.    Pasca Panen :
·        Pengeringan, malai yang baru dipanen di jemur, bila cuaca mendung mulai di gantung dengan posisi terbalik
·        Perontokan, dilakukan bila biji sudah kering ( k. a. 18% / dirontok dengan cara dipukul atau dengan threser.
·        Proses selanjutnya tergantung tujuan kegunaanya.

 3. Budidaya Sorgum

Varietas

Sampai saat ini ada 10 varietas sorgum biji yang telah dilepas oleh pemerintah (Badan Litbang Pertanian) (Tabel 1), namun belum ada satu pun jenis sorgum manis dan sorgum sapu yang berhasil dilepas. Penelitian Sorgum, jagung dan gandum dilakukan oleh Balai Penelitian Serelia di Maros Sulawesi Selatan.
  
Tabel 1 varietas sorgum yang telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian
Varietas
Tinggi tan(cm)
Umur (hari)
Hasil (ton/ha)
Warna Biji
No. 6c (1970)
165 – 238
96 – 106
4,9
Coklat
UPCA-S1 (1970)
140 – 160
90 – 100
4,6
Putih Kapur
UPCA-S2 (1972)
180 – 210
105 – 110
4,9
Coklat Tua
KD4 (1973)
140 – 180
90 – 100
4,6
Putih Kapur
Keris (1983)
80 – 125
70 – 80
2,5
Putih Kapur
Badik (1986)
145 – 160
80 – 85
3,5
Putih Kapur
Negari genjah (1986)
145 – 160
80 – 85
4,0
Putih Kapur
Mandau (1991)
153 – 165
90 – 95
5,0
Coklat Tua
Sangkur (1991)
150 – 180
82 – 96
4,0
Coklat
Numbu (2001)
180 - 190
100 - 105
3,9
Krem
.dikutip.dari Puslitbangtan,2009

4. Kegunaan Sorgum

Sorgum biji bisa dimanfaatkan untuk pangan, pakan maupun bahan industri. Untuk pangan bisa untuk pangan pokok ataupun makanan sampingan ( berbagai macam kue)  Untuk pakan baik dari hijauanya untuk ternak ruminansia dan dari biji sorgum digunakan untuk ransum unggas. Sedang untuk energi biji sorgum bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan minuman dan bio etanol dengan proses fermentasi.
Sorgum manis kegunaanya seperti sorgum biji, sedang batangnya memeiliki nira (cairan batang) yang manis  bisa di peras untuk sirup atau bahan baku untuk  pembuatan bio etanol dengan proses fermentasi.
Sorgum sapu, selain tangkai malainya dapat untuk bahan baku pembuatan sapu, hijauannya untuk pakan ternak ruminansai.
Dari ketiga jenis sorgum tersebut, baru sorgum biji yang telah tersedia teknologi pengelolaanya secara utuh, dari sejak budidaya sampai dengan pasca panen, dan bahkan sampai ke pemasaranya.

5. Rencana Pengembangan sorgum

Untuk mengembangkan sorgum harus tersedia  teknologi, sejak dari budidaya, pasca panen, sampai pemasaran agar petani tidak kebingungan setelah mendapatkan hasil panen. Saat ini baru sorgum biji yang telah siap untuk dikembangkan, karna semua teknologi yang dibutuhkan telah tersedia ( gambar 1 ).
 

Gambar 1. Teknologi pengelolaan biji Sorgum yang dibutuhkan untuk pengembanganya


Oval: -Teknologi Panen                 pasca panen. perontokan untuk pakan ternak penyosohan,penepungan, pembuatan kue (tersedia)
-Teknologi untuk energi (bio etanol) tersedia
 

Oval: Pemasaran.pabrik pakan (tersedia)                                                                                                
Selanjutnya untuk mengembangkan sorgum diperlukan :
  1. Wilayah, diwilayah pertanian sorgum sulit bersaing dengan komoditas lainya yang sudah mapan, untuk itu yang paling memungkinkan adalah wilayah hutan peremajaan, bekerjasama dengan Kehutanan.

  1. Benih, saat ini belum tersedia benih yang cukup untuk wilayah yang luas walaupun kebutuhan benih per hektar hanya sekitar 20 kg

  1. Modal (dana) untuk mengembangkan sorgum secara utuh sampai ke pemasaran diperlukan dana yang cukup

  1. Tenaga, diperlukan pelatihan agar diperoleh tenaga terampil

Penutup:
       Untuk mengembangkan sorgum harus dibarengi dengan teknologi secara utuh sejak dari budidaya sampai dengan pemsarannya agar petani bisa mendapatkan manfaat sebesar-besarmya. Untuk itu kerjasama yang baik dari berbagai pifak sangat diperlukan, misalnya pabrik pakan uernak yang akan menampung hasilnya untuk pakan ternak, pengusaha penyosohan yang akan membantu prosessing penyosohan bila akan digunakan untuk pangan atau pengolahan biji sorgam untuk keperluan pemmbuatan minuman ringan dan bio etanol.

Uji Multi Lokasi Padi Hibrida di Malang dan Jember


Uji Multi Lokasi Padi Hibrida di Malang  dan Jember

Sugiono dan Zainal Arifin*
*BPTP Jawa Timur Jl Raya Karangploso Km 4 Malang Tlp.(0341) 494052, Faks (0341) 485056 email:bptp@yahoo.com / Sugiono, SP. Tlp.  08125264635. email: astro_bptp@yahoo.co.id

                                                            ABSTRACT
Development of hybrid rice in Indonesia is expected to increase commercial production and maintain self-sufficiency in rice. The purpose UML obtain genotypes able to produce over 35% compared with non-hybrid rice (Ciherang). Research be conducted in District Paleran Umbulsari, Jember regency (lowland 50 m asl) and in Kepuharjo, District Karangploso Malang (medium altitude 550 m asl) in the 2008/2009 wet season. There are 12 cultivars of treatment consists of nine strains tested, namely: IH801, IH802, IH803, IH804, IH805, IH806, IH807, IH808, IH809 and three varieties are: Maro, Hibrindo R1 and Ciherang. Randomized trial design was repeated four times at each research location. Hybrid rice production in Malang average rose 35% compared Ciherang (4.95 tons / hectare and 122 days old plants) and the highest production equivalent to comparator Hibrindo R1 (7.26 tons / hectare), is the strain IH802 (7.37 tonnes / ha of crops 131.75 days old), IH806 (7.09 tons / hectare plant age 129 days) and IH801 (6.88 tons / hectare plant age 121.25 days.) Results of hybrid rice in Jember all strains tested were higher than production in Malang. Ciherang as the comparison result 6.65 tons / hectare with plant age 104.5 days, while the R1 Hibrindo reached 9.24 tons / hectare (up 38.9%) with plant age 121 days, amounting to 9.32 tons strains IH807 / ha (up 40%) with plant age 122.50 days, IH809 of 9.301 tonnes / ha (up 38.8%) with plant age 124 days, IH802 of 9.23 tons / hectare (up 38.8%) with 124.25 days old plants.
Keywords: multi location test, strain, hybrid rice production

                                                               
ABSTRAK
Pengembangan padi hibrida di Indonesia diharapkan secara komersial dapat  meningkatkan produksi dan mempertahankan swasembada beras. Tujuan UML memperoleh genotip mampu berproduksi diatas 35% dibanding padi non hibrida (Ciherang). Penelitian dilakukan di Desa Paleran Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember (dataran rendah 50 m dpl) dan di Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang (dataran medium 550 m dpl) pada MH 2008/2009. Terdapat 12 perlakuan kultivar yang dicoba terdiri dari 9 galur yaitu  : IH801, IH802, IH803, IH804, IH805, IH806, IH807, IH808, IH809 dan 3 varietas pembanding yaitu : Maro, Hibrindo R1 dan Ciherang. Rancangan Percobaan  Acak Kelompok  diulang 4 kali di masing-masing lokasi penelitian. Produksi padi hibrida di Malang rata-rata naik 35 % dibanding Ciherang (4,95 ton/hektar dan umur tanaman 122 hari) dan produksi tertinggi setara dengan pembanding Hibrindo R1 (7,26 ton/hektar), adalah galur IH802 (7,37 ton/hektar umur tanaman 131,75 hari), IH806 (7,09 ton/hektar umur tanaman 129 hari) dan IH801 (6,88 ton/hektar umur  tanaman 121,25  hari). Hasil padi hibrida di Jember semua galur yang diuji produksi lebih tinggi dibanding di Malang. Varietas Ciherang sebagai pembanding diperoleh hasil 6,65 ton/hektar dengan umur tanaman 104,5 hari, sedangkan Hibrindo R1 mencapai 9,24 ton/hektar (naik 38,9%) dengan umur tanaman 121 hari, galur IH807 sebesar 9,32 ton/hektar (naik 40%) dengan umur tanaman 122,50 hari, IH809 sebesar 9,301 ton/hektar (naik 38,8%) dengan umur tanaman 124 hari, IH802 sebesar 9,23 ton/hektar (naik 38,8%) dengan umur tanaman 124,25 hari.
Kata kunci: uji multi lokasi, galur, produksi padi hibrida

PENDAHULUAN
Di Indonesia pengujian terhadap sejumlah padi hibrida pada tahun 1994 – 1996 menunjukan keunggulan hasil, dua diantaranya dilepas sebagai varietas Maro dan Rokan. Kedua varietas hibrida ini mampu memberikan hasil masing-masing   37% dan 25% lebih tinggi dibandingkan IR64 (Satoto dan Suprihatno 1998b). Peningkatan produktivitas padi hibrida membuka peluang bagi peningkatan produksi beras nasional. Pengembangkan padi hibrida diharapkan mampu memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan produksi beras nasional, sehingga dapat mencapai swasembada beras yang berkelanjutan. Balai Besar  Padi telah banyak melakukan kerjasama yang bersifat sinergi untuk mengembangkan padi hibrida di Indonesia. Pada tahun 2007 bekerja sama dengan perusahaan swasta Indonesia, salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang produksi benih dan telah melisensi salah satu varietas padi yaitu Maro hasil inovasi teknologi BB Padi. Dari hasil pengembangan padi hibrida varietas Maro pada luasan 133,8 ha berhasil menjual benih Maro sebanyak 2,7 ton.
Program litbang nasional padi hibrida yang terpadu sudah waktunya diwujudkan. Riset pemuliaan dalam upaya mencari genotip-genotip baru yang lebih unggul tetap dilakukan oleh BB Padi. Namun untuk pengkajian dan pengembangan lebih luas perlu suatu koordinasi melibatkan BPTP, direktorat teknis di pusat dan Dinas pertanian di daerah. Industri perbenihan perlu diperkuat, sosialiasi teknologi padi hibrida ke berbagai pihak dan petani sangat penting dilakukan. Kajian-kajian sosial ekonomis tentang pengembangan padi hibrida diperlukan, misalnya harga benih yang layak, menguntungkan produsen benih dan tidak memberatkan kepada petani.
Sampai saat ini BB Padi masih memiliki cadangan 60 genotip hibrida pada tahap Uji Daya Hasil Lanjutan (UDHL) dan lebih dari 300 genotip potensial pada tahap Uji  Daya Hasil Pendahuluan (UDHP). Badan Litbang Pertanian melalui BB Padi optimis bahwa padi hibrida akan berkembang dengan pesat dan akan mampu memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan produksi beras nasional. Oleh karena itu Badan Litbang Pertanian memberikan dukungan dan menyampaikan apresiasi terhadap kerjasama penelitian, mengharapkan kerjasama ini akan memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan produksi beras nasional dan berdampak positif dalam mendukung tercapainya swasembada lestari bagi bangsa Indonesia.( Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - IAARD online)
Jawa Timur merupakan salah satu lumbung padi nasional, tahun 2009 bibit padi hibrida dikembangkan pada lahan seluas 625 ribu hektare dari total lahan sawah di Jawa Timur 1,8 juta hektar. Target surplus beras pada tahun 2009 sebesar 4 juta ton dapat dilakukan dengan menaikkan produktivitas hingga 61,79 kwintal/hektar. Upaya yang  dilakukan dengan meningkatkan program intensifikasi pertanian, meliputi penggunaan bibit padi hibrida, penambahan alokasi pupuk organik dan anorganik, Cooperatif Farming atau penguatan kelembagaan kelompok tani di 29 kabupaten, serta menggalakkan program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu/SLPHT.              (kominfo.jatimprov.go.id April.2010)
Balai Besar Penelitian Padi (BBP Padi) berpendapat, kemitraan litbang publik dan swasta serta kolaborasi dengan lembaga internasional perlu diperkuat supaya pengembangan padi hibrida semakin sukses. “BBP Padi telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan benih swasta dalam pengembangan padi hibrida terutama dalam pemanfaatan tenaga peneliti BB Padi untuk pengujian materi-materi introduksi,” (Agrotek di Sukamandi)
Dengan potensi pengembangan padi hibrida yang sangat baik di Jatim, pada tahun 2008 – 2009 diadakan uji multi lokasi padi hibrida kerjasama Balai Besar Penelitian Padi dan Advanta India limited. Tujuan UML adalah memperoleh galur  padi hibrida yang mampu berproduksi tinggi diatas 35% dari padi non hibrida dan bisa dilepas jadi vaietas unggul baru padi Hibrida.

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Karangploso Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang dan di Desa Paleran Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember  pada MH  tahun 2008/2009. Percobaan mengunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan dengan  materi yang digunakan ada 12 kultivar (Tabel.1). Ukuran petak 4 meter x 5 meter, umur bibit 21 hari atau stadia 4-5 daun, jumlah bibit 1 batang per lubang tanam, jarak tanam 20 cm x 20 cm, dengan pengolahan tanah optimum. Tanaman dipupuk Urea 300 kg/ha, SP 36 100 kg/ha dan KCL 100 kg/ha dan cara  pengendalian hama dan penyakit optimum.
Variabel pengamatan yang dilakukan yaitu umur 50% berbunga (hari), umur panen, tinggi tanaman (cm), Jumlah malai (anakan produktif) per meter persegi, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai, persentase  gabah isi per malai. Hasil gabah per petak (kg).


Table 1. Kultivar  yang diuji.
No
Kultivar
Nomor perlakuan
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Ulangan IV
1
IH801
103
205
306
401
2
IH802
106
208
303
412
3
IH803
101
203
309
407
4
IH804
105
211
307
402
5
IH805
110
209
301
405
6
IH806
107
201
312
408
7
IH807
102
212
310
409
8
IH808
111
206
304
403
9
IH809
108
204
311
410
10
Maro
112
210
302
406
11
Hibrindo
104
202
308
411
12
Ciherang
109
207
305
404

Untuk melihat keragaan data dari tiap peubah, dilakukan analisis ragam (anova), sedangkan untuk melihat pengaruh beda nyata dari peubah akibat perlakuan perbedaan varietas dilakukan dengan uji jarak ganda Duncan,  Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95 %. 

                               HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan menunjukan, umur 50% berbunga dari Kultivar yang diuji di Kabupaten Malang  bervariasi antara 81,25-93,75 hari (Table.2) sedangkan varietas pembanding Ciherang 93,5 hari, Maro 93 hari dan Hibrindo R1 92 hari. Galur  IH801 memiliki umur paling genjah diikuti  oleh galur IH807,   IH805,  IH804,  IH809,  IH802,  IH803 dan IH806.  Lokasi di  Kabupaten Jember bervariasi antara 70,5 - 87,25 hari dan varietas pembanding Ciherang 93,5 hari, Hibrindo R1 92 hari dan Maro 93 hari.  Dari  galur paling genjah IH801 di ikuti oleh galur IH804, IH805, IH806, IH808, IH803, IH802, IH809 sedang IH806 umur paling dalam. Dua lokasi UML di Kabupaten  Malang dan Kabupaten Jember yang berumur paling genjah adalah galur IH801 sedangkan        galur H806 mempunyai umur berbunga terdalam, Di Kabupaten Jember umur berbunga lebih cepat 6 -10 hari dibanding di Kabupaten Malang  karena lokasi adalah dataran rendah. Pengamatan terhadap umur berbunga 50% penting karena setiap  galur mempunyai respon pembungaan yang berbeda sehingga  pada setiap musim berikutnya untuk menentukan waktu sebar dan tanam guna mendapatkan singkronisasi pembungaan di dalam produksi benih padi hibrida (Virmani et al. 1993).
Hasil pengamatan tinggi tanaman lokasi penelitian Kabupaten Malang menunjukan, tingi tanaman terpendek dijumpai pada galur IH805, sedangkan di kabupaten Jember tinggi tanaman terpendek dijumpai pada galur IH801. Tanaman tertinggi di Kabupaten Malang dan kabupaten Jember dijumpai pada galur IH802. Secara umum kultivar yang ditanam di Kabupaten Jember lebih tinggi tanamanya dibanding di Kabupaten Malang.  

Tabel 2. Umur berbungha 50%, tinggi tanaman, umur panen dan jumlah malai per -
               meter persegi
No
Genotip
Umur berbunga 50 %
Tinggi tanaman
Umur panen
Jumlah malai per meter persegi
Malang
Jember
Malang
Jember
Malang
Jember
Malang
Jember
1
IH801
81,25  c
70,5 g
85,43 d
116,73 e
121,25 d
104,50 h
139,75 ab
257,50  b
2
IH802
93,5 ab
86,25 ab
117,03 a
148,20 a
131,35 a
124,25 b
300,00 bc
302,50 ab
3
IH803
93,5 ab
85,25 abc
93,23 c
134,20 bcd
122,00 d
122,75 cd
360,50 a
307,25 ab
4
IH804
02,75 ab
79,5 f
93,70 c
127,40 de
122,00 d
120,50 f
325,75 abc
315,50 ab
5
IH805
92,75 ab
82,5 de
83,28
131,35 dc
122,00 d
119,50 g
329,75 abc
286,25 ab
6
IH806
93,75 a
87,25 a
108,63 b
134,90 bcd
129,00 b
129,50 a
351,00 ab
297,75 ab
7
IH807
92,25 ab
84,0 cd
104,50 b
140,48 abc
122,00 d
122,50 d
298,75 bc
261,50 ab
8
IH808
93,75  a
84,75 bc
107,13 b
142,33 abc
122,00 d
123,00 cd
305,75 abc
388,00 a
9
IH809
93,5 ab
87,25 a
103,68 b
144,93 ab
125,50 c
124,00 b
298,75 bc
287,25 ab
10
Maro
93,0 ab
86,5 ab
103,50 b
138,35 abc
122,00 d
123,50 bc
286,00 c
288,75 ab
11
Hibrindo R1
92,0 b
83,75 cd
88,25 cd
125,43 de
122,00 d
121,25 e
336,25 abc
285,50 ab
12
Ciherang
93,5 ab
81,5 ef
88,08 cd
126,03 de
122,00 d
120,25 f
289,00 c
281,75 ab

Umur panen kultivar antara 121 - 122 hari di Kabupaten Malang  dijumpai pada Galur IH801 ; IH807; IH808 ; IH805; IH804 ;  IH803 dan berbeda nyata terhadap galur IH809 ; 125,50 hari, kultivar IH806 ;129 hari dan  umur terdalam  dijumpai pada galur   IH802 131,75 hari.  Umur panen kultivar di Jember tergenjah dijumpai pada galur IH801 ; 104,5 hari dan umur terdalam pada galur IH806 ; 129,5 hari.
Jumlah malai per meter persegi di Kabupaten Malang bervariasi yaitu terendah IH809 11,8 dan tertinggi IH803  14,4 (Tabel 3). Tanaman dengan heterosis hasil yang tinggi pada genotip-genotip yang di uji mempunyai jumlah anakan 10 – 12 per rumpun (Yuliati et al. 2008)  di Malang dijumpai pada galur IH801  dan IH807, dan di Jember  galur   IH809 ;  IH802  ;    IH807 ;  IH808 ; dan   IH804.

 Tabel 3. Rata-rata jumlah malai, panjang malai dan jumlah gabah isi per malai.
No
Genotip
Rata-rata jumlah malai
Panjang malai
Jumlah gabah isi per malai
Malang
Jember
Malang
Jember
Malang
Jember
1
IH801
13,9 abc
11,6 b
25,95 cd
25,05 b
113,3 a
157,6 a
2
IH802
12,2 abcd
13,2 b
26,98 bc
25,00 b
130,6 a
139,0 ab
3
IH803
14,4 a
17,5 a
29,12 a
28,20 a
123,2 a
137,2 ab
4
IH804
12,6 abcd
14,1 ab
27,67 b
26,10 ab
133,3 a
130,4 ab
5
IH805
13,5 abcd
13,3 b
26,56 bcd
27,90 ab
127,2 a
139,4 ab
6
IH806
14,1 ab
13,4 b
26,63 bcd
27,50 ab
130,6 a
118,0 b
7
IH807
12,2 abcd
11,7 b
26,42 bcd
28,05 ab
127,0 a
127,5 ab
8
IH808
12,4 abcd
13,4 b
26,60 bcd
26,47 ab
111,2 a
115,7 b
9
IH809
11,8 bcd
14,0 b
29,18  a
26,90 ab
129,3 a
109,3 b
10
Maro
11,3 d
13,4 b
26,27 bcd
27,20 ab
126,9 a
108,8 b
11
Hibrindo R1
13,1 abcd
13,8 b
26,77 bcd
26,45 ab
116,6 a
141,1 ab
12
Ciherang
11,7 cd
12,8 b
25,42 d
26,15 ab
104,8 a
123,0 b

Panjang malai di Malang terpendek dijumpai pada varietas Ciherang 25,42 cm dan galur terpendek IH801; 25,95 cm, malai terpanjang galur IH809 ; 29,18 cm dan galur IH803. Di Jember,  panjang malai terpendek adalah galur IH802, IH801dan berbeda nyata dengan 3 varietas pembanding. Malai terpanjang adalah galur IH803 dan IH807 >28 cm. Jumlah gabah isi  per malai di Malang tidak berbeda nyata antar kultivar dalam uji rata-rata DMRT pada taraf kepercayaan 95 %.  Sebaliknya di Jember jumlah gabah isi per  malai  terendah varietas Maro 108,75 dan galur IH809  ;  IH808 ; IH806 dan berbeda nyata dengan galur IH801 adalah (157,6).
Prosentase gabah hampa terendah di Malang dijumpai pada galur IH804 dan   tertinggi pada galur IH809.  Semakin panjang malai prosentase gabah hampa tertinggi dijumpai  pada IH809, sedangkan di Jember  prosentase gabah hampa terendah galur IH801.  


Table 4. Prosentase gabah hampa per malai, hasil per hektar dan bobot 1000 butir
No
Genotip
Prosentase gabah hampa per malai
Hasil ton / hektar
(kadar air : 14%)
Bobot 1000 butir
(kadar air : 14%)
Malang
Jember
Malang
Jember
Malang
Jember
1
IH801
32,19 ab
25,05 abcd
6,875 abc
6,645 b
26,11 f
25,05 abcd
2
IH802
33,09 ab
24,50 e
7,338 a
9,233 a
27,95 def
24,50 e
3
IH803
29,13 ab
24,68 de
6,203 abcd
8,760 a
28,33 cdef
24,68 de
4
IH804
16,42 b
26,08 abcde
5,578 cd
8,935 a
28,67 cde
26,08 abcde
5
IH805
38,30 a
26,30 abcd
6,648 abc
8,938 a
30,22 bcd
26,30 abcd
6
IH806
29,29 ab
24,73 cde
7,090 ab
8,935 a
28,93 cde
24,73 cde
7
IH807
27,22 ab
27,00 a
6,025 abcd
9,315 a
30,95 bc
27,00 a
8
IH808
43,31 a
26,40 abc
6,373 abc
8,218 a
33,50 a
26,40 abc
9
IH809
43,65 a
26,60 ab
5,798 abc
9,308 a
27,45 ef
26,60 ab
10
Maro
37,71 a
25,73 abcde
6,310 abc
7,550 ab
30,56 bcd
25,73 abcde
11
Hibrindo R1
31,56 ab
25,63 abcde
7,255 a
9,240 a
29,15 cde
25,63 abcde
12
Ciherang
29,34 ab
26,03 abcde
4,948 d
8,120 ab
32,70 ab
26,03 abcde
Keterangan:
Varietas pembanding sesuai deskripsi:
Maro rata-rata hasil  6,4 ton per hektar, potensi hasil 9,5 ton per hektar.
Hibrindo R1 rata-rata hasil 6,77 ton per hektar, potensi hasil 9,32 ton per hektar.
Ciherang rata-rata hasil 6,0 ton per hektar, potensi hasil 8,5 ton per hektar.

Hasil gabah kadar air 14 %, dilokasi Malang terendah dijumpai pada varietas Ciherang 4,95 ton/ha dan  IH804;  5,58 ton/ha, sedangkan hasil tertinggi adalah IH802 ; 7,34 ton/ha dan galur IH806; 7,09 ton/ha serta Hibrindo R1 7,26 ton/ha atau hasilnya naik diatas 2 ton/ha dibanding varietas Ciherang. Lokasi Jember,  hasil gabah yang diuji secara umum lebih tinggi dibanding  di Malang. Hasil terendah pada IH801; 6,65ton/ha dab Ciherang  7,55 ton/ha. Hasil tertinggi pada IH807; 7,32 ton/ha, IH809 ; 9,31 ton/ha, Hibrindo 9,24 ton/ha dan IH802 ; 9,23 ton/ha dibanding Ciherang 3 ton/ha.
Bobot 1000 butir di Malang terendah adalah IH801; 26,11 dan tertinggi IH808; 33,50, sedangkan di Jember bobot 1000 butir terendah IH802; 24,50 tertinggi  IH808; 26,40      


Gambar 1. Produktivitas kultivar padi Hibrida di Malang dan Jember MH 2008/2009


KESIMPULAN
1.    Produktivitas padi hibrida di Malang IH802; 7,37 ton/hektar (naik 48%) IH806 produksi 7,09 ton/hektar (naik 43,2%) dibandingkan varietas Ciherang 4,95 ton/hektar  
2.      Produktivitas padi hibrida di Jember, galur IH807 produksi 9,32 ton/hektar (naik      40%), IH809;  9,301 ton/hektar (naik 40%) dan  IH802; 9,23 ton/hektar (naik 38,8%) dibandingkan varietas Ciherang 6,65 ton/hektar .
   3.    Umur panen 3 galur padi hibrida di Malang : IH802 : 130,50 hari, IH806 : 129   hari. IH809 : 125,50 hari dan pembanding Hibrindo R1 umur 122 hari, sedangkan umur panen 3 galur di Jember : IH807 : 129,5 hari, IH809 : 124 hari, IH802 : 124,5 hari dan umur pembanding Hibrindo R1 : 121,25 hari
     






                                       DAFTAR PUSTAKA
Agrotek, 12 Jan 2007. BBP Padi Kembangkan Padi Hibrida. Telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan benih swasta dalam pengembangan padi hibrida. Download, 7 Mei 2010.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002. Panduan teknik produksi dan pengembangan padi hibrida. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - IAARD online. (hms/06 Apr 2009). Download,  5 Mei 2010.

Diperta Jatim. Tahun 2009 pengembangan bibit padi hibrida dikembangkan pada lahan seluas 625 ribu hektare dari total lahan sawah di Jatim 1,8 juta hektare.             (kominfo.jatimprov.go.id April.2010) download, 7 Mei 2010.

Munarso, Y. P., Yudhistira, N., Satoto dan warsono. 2008. Potensi Beberapa galur Padi sebagai Tetua Padi Hibrida. Inovasi Teknologi Tanaman pangan. Buku 2: Penelitian dan Pengembangan  Padi. P 415-419.

Nugraha. Y, anggeina P. Lestari, Murdani. D dan Anggiani.N. Genotip-genotip padi Hibrida Perbaikan IR58025A/B: Penampilan dan Reaksi Terhadap Hawar Daun Bakteri. Inovasi Teknologi Tanaman Pangan. Buku 2. Puslit Bangtan. Badan Penel;iktian dan Pengembangan Pertanian. P368-376.

Satoto.2005. Status Pengembanagan Padi Hibrida, program penelitian masa kini dan yang akan dating. Seminar Expose Perkembangan Perbaikan Varietas Unggul Padi. Muara, 1 Oktober 2005,p.1-6.

Satoto dan B. Suprihatno. 1998b. Heterosis dan stabilitas hasil hibrida-hibrida padi turunan galur mandul jantan IR62829A dan IR58025A. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 17 (1) : 33-37.

Sinaga,P.H., Dahono dan Satoto. 2008. Keragaan Padi Hibrida Asal Cina pada Lahan Sawah irigasi di Riau. Inovasi Teknologi Tanaman pangan. Buku 2: Penelitian dan Pengembangan  Padi. P 461-469.

Suprihatno, B.,  Darajat,A. A. Satoto. Suprihatno. Setyono, A. Indrasari, S. D. Samaulah, M.Y.dan  Sembiring, H. 2009. Deskripsi  Varietas Padi.  Balai Besar Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian. Deptan.

Virmani,S.S., and H.l.Sharma.1993. Synchronization of flowering. In. Manual for Hybrid seed production. IRRI, Manila, Philippines.